Disaat zaman mulai bergeser yang tentu saja diikuti
oleh pergeseran kebudayaan, kadang ada sedikit kegelisahan yang muncul jika
kita mencoba berpikir mendalam dan refleksif. Akan banyak kita temui
ketidakseimbangan dalam kehidupan saat ini, dimana kebanyakan orang berpikir
serba praktis dan mengesampingkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan patokan
atau tolak ukur sebuah kebenaran.
Ketidakseimbangan
ini juga terjadi dalam bidang pendidikan, yang mana pada masa sekarang ini
pendidikan cenderung mengarah pada pendidikan intelektual saja, tanpa adanya
keseimbangan dengan pendidikan estetis. Disadari atau tidak, ketidakseimbangan
ini sebenarnya sama dengan mereduksi kemampuan intuisi manusia yang sebenarnya
harus seimbang dengan kemampuan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat
manusia. Ketidakseimbangan ini harus cepat kita sadari dan kita atasi demi
tercapainya tujuan pendidikan yang hakiki yaitu menjadi manusia seutuhnya.
Seni sebagai
bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang
diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri
maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan
nilai-nilai dari generasi ke generasi. Dan sekolah sebagai pusat transformasi
nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang
merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang
diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di
segala bidang.
Dalam
perkembangannya senipun akhirnya bukan lagi sekedar sebuah kemampuan yang
diajarkan turun temurun, tapi seni adalah sebuah alat untuk menyampaikan
ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah-sekolah. Karena seni dapat memberi
sebuah pengalaman rasa kepada peserta didik, dan pengalaman itulah yang akan
merangsang kemampuan berpikirnya. Seni adalah sebuah disiplin yang unik karena
dapat menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta
didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang
diajarkan.
Oleh karena
itu, harus kita sadari dan kita bentuk sebuah konsep pendidikan seni yang akan
mendukung kemampuan berkesenian sekaligus kemampuan siswa dalam menangkap
keseluruhan ilmu-ilmu yang diajarkan. Dan perumusan konsep pendidkan seni
selayaknya memandang seni dengan cara sebagai berikut :
1. Seni
sebagai dasar pengalaman, yaitu penanaman nilai-nilai yang bersifat universal,
dan kekal, sehingga akan terus menjadi salah satu sumber dalam pencarian
kebenaran sepanjang hayat.
2. Seni sebagai
sebuah lahan penciptaan, yaitu sebagai tempat menggali potensi dan eksplorasi
kemampuan-kemampuan yang didapat dari pengalaman-pengalaman lain sehingga seni
itu sendiri dapat menjadi kaya akan nilai dan menjadi lebih dinamis.
3. Seni
sebagai media aktualisasi diri, yaitu tempat bagi setiap peserta didik
bereksistensi, selanjutnya dapat memandang dirinya dengan refleksi dari
hasil-hasil yang telah dicapainya.
Dengan cara
pandang seperti tersebut diatas, maka segeralah kita sadari bahwa pendidikan
seni merupakan sebuah fondasi yang sangat penting bagi bangunan pendidikan,
sehingga seni dapat menopang segala beban perubahan dan pergeseran yang tidak
dapat dihindarkan dari berjalannya sebuah era. Pendidikan seni akan terus
menyesuaikan diri dengan perubahan sekaligus mewarnainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar